Namun Allah berfirman, ” Kalian adalah hafazhah, pencatat amal-amal
hamba-Ku. Sedangkan Akulah yang mengintip hatinya. Amal ini tidak karena-Ku.
yang dimaksud oleh si pemilik amal ini bukanlah Aku. Amal ini tidak diikhlaskan
demi Aku. Aku lebih mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya dengan
amalan itu.
|
Aurora |
Dalam penjelajahan di dunia maya saya
sempatkan untuk mampir ke blog Ust. Yusuf Mansyur di mana salah satu artikel
beliau saya sharing dalam blog ini dengan judul di atas. Saya masukkan artikel
ini dalam catatan blog saya dengan maksud dan tujuan sebagai pengingat bagi
diri saya sendiri akan alfanya manusia dalam melakukan amal ibadah. Semoga
bermanfaat buat saya dan anda semua… aamiin.
Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum
Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang
menjaga pintu
Ibn Mubarak
mengatakan bahwa Khalid bin Ma’dan berkata kepada sahabat Mu’adz bin Jabal RA,
“Ceritakanlah satu
hadits yang kau dengar dari Rasulullah SAW, yang kau menghafalnya dan setiap
hari kau mengingatnya lantaran saking keras, halus, dan dalamnya makna hadits
tersebut. Hadits manakah yang menurut pendapatmu paling penting ?”
Mu’adz menjawab,
“Baiklah, akan kuceritakan.”
Sesaat kemudian, ia
pun menangis hingga lama sekali, lalu ia bertutur, “hmm, sungguh kangennya hati
ini kepada Rasulullah SAW, ingin rasanya segera bersua dengan beliau..” Ia
melanjutkan, “Suatu saat aku menghadap Rasulullah SAW. Beliau menunggangi
seekor unta dan menyuruhku naik dibelakangnya, maka berangkatlah kami dengan
unta tersebut. Kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit, dan berdoa,
“Puji syukur kehadirat Allah, Yang Maha Berkehendak kepada makhluq-Nya menurut
kehendak-Nya.”
Kemudian beliau SAW
berkata, “sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu yang apabila
engkau hafalkan, akan berguna bagimu, tapi kalau engkau sepelekan, engkau tidak
akan mempunyai hujjah kelak di hadapan Allah SWT.
AMAL YANG TERTOLAK
“Hai, Mu’adz! Allah
menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Pada setiap
langit ada satu malaikat yang menjaga pintu, dan tiap-tiap pintu langit itu
dijaga oleh malaikat penjaga pintu sesuai kadar pintu dan keagungannya. Maka,
Malaikat hafazhah (malaikat yang memelihara dan mencatat amal seseorang) naik
ke langit dengan membawa amal seseorang yang cahayanya bersinar-sinar bagaikan
cahaya matahari. Ia, yang menganggap amal orang tersebut banyak, memuji
amal-amal orang itu. Tapi, sampai di pintu langit pertama, berkata malaikat
penjaga pintu langit itu kepada malaikat hafazhah, “Tamparkanlah amal ini ke
wajah pemiliknya, aku ini penjaga tukang pengumpat, aku diperintahkan untuk
tidak menerima masuk tukang mengumpat orang lain. Jangan sampai amal ini
melewatiku untuk mencapai langit berikutnya.”
Keesokan harinya,
ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal shalih seorang
lainnya yang cahayanya berkilauan. Ia juga memujinya lantaran begitu banyaknya
amal tersebut. Namun malaikat di langit kedua mengatakan, “berhentilah, dan
tamparkan amal ini ke wajah pemiliknya, sebab dengan amalnya itu dia mengharap
keduniaan. Allah memerintahkanku untuk menahan amal seperti ini, jangan sampai
lewat hingga hari berikutnya.” Maka seluruh malaikat pun melaknat orang
tersebut sampai sore hari.
Kemudian ada lagi
malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal hamba Allah yang
sangat memuaskan, dipenuhi amal sedekah, puasa, dan bermacam-macam kebaikan
yang oleh malaikat hafazhah dianggap demikian banyak dan terpuji. Namun saat
sampai di langit ketiga berkata malaikat penjaga pintu langit yang ketiga,
“Tamparkanlan amal ini ke wajah pemiliknya, aku malaikat penjaga orang yang
sombong. Allah memerintahkanku untuk tidak menerima orang sombong masuk. Jangan
sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya. Salahnya sendiri
ia menyombongkan dirinya di tengah-tengah orang lain".
Kemudian ada lagi
malaikat hafazhah yang naik ke langit keempat, membawa amal seseorang yang
bersinar bagaikan bintang yang paling besar, suaranya bergemuruh, penuh dengan
tasbih, puasa, shalat, naik haji, dan umrah. Tapi, ketika sampai di langit keempat,
malaikat penjaga pintu langit keempat mengatakan kepada malaikat hafazhah,
“berhentilah, jangan dilanjutkan. Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya,
aku ini penjaga orang -orang yang suka ujub (membanggakan diri). Aku
diperintahkan untuk tidak menerima masuk amal tukang ujub. Jangan sampai amal
itu melewatiku untuk mencapai langit yang berikutnya, sebab ia kalau beramal
selalu ujub. Kemudian naik lagi malaikat hafazhah ke langit kelima, membawa
amal hamba yang diarak bagaikan pengantin wanita diiring kepada suaminya, amal
yang begitu bagus, seperti amal jihad, ibadah haji, ibadah umrah. Cahaya amal
itu bagaikan matahari. Namun, begitu sampai di langit kelima, berkata malaikat
penjaga pintu langit kelima, “Aku ini penjaga sifat hasud (dengki, iri hati).
Pemilik amal ini, yang amalnya sedemikian bagus, suka hasud kepada orang lain
atas kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh ia benci kepada apa yang
diridhai Allah SWT. Saya diperintahkan agar tidak membiarkan amal orang seperti
ini untuk melewati pintuku menuju pintu selanjutnya..”
Kemudian ada lagi
malaikat hafazhah naik dengan membawa amal lain berupa wudhu yang sempurna,
shalat yang banyak, puasa, haji, dan umrah. Tapi saat ia sampai di langit
keenam, malaikat penjaga pintu ini mengatakan, “Aku ini malaikat penjaga
rahmat. Amal yang seolah-olah bagus ini, tamparkanlah ke wajah pemiliknya.
Salah sendiri ia tidak pernah mengasihi orang. Apabila ada orang lain yang
mendapat musibah, ia merasa senang. Aku diperintahkan agar amal seperti ini tidak
melewatiku hingga dapat sampai pada pintu berikutnya.”
Kemudian ada lagi
malaikat hafazhah naik ke langit ketujuh dengan membawa amal seorang hamba
berupa bermacam-macam sedekah, puasa, shalat, jihad, dan kewara’a. Suaranya pun
bergemuruh bagaikan geledek. Cahayanya bagaikan malaikat. Namun tatkala sampai
di langit yang ketujuh, malaikat penjaga langit ketujuh mengatakan, “Aku ini
penjaga sum’at (ingin terkenal / Riya). Sesungguhnya orang ini ingin dikenal
dalam kumpulan, kumpulan, selalu ingin terlihat lebih unggul disaat berkumpul,
dan ingin mendapatkan pengaruh dari para pemimpin.. Allah memerintahkanku agar
amalnya itu tidak sampai melewatiku. Setiap amal yang tidak bersih karena
Allah, itulah yang disebut Riya. Allah tak akan menerima amal orang-orang yang
riya.”
Kemudian ada lagi
malaikat hafazhah naik membawa amal seorang hamba : shalat, zakat, puasa, haji,
umrah, akhlak yang baik, pendiam, tidak banyak bicara, dzikir kepada Allah.
Amalnya itu diiringi para malaikat hingga langit ketujuh, bahkan sampai
menerobos memasuki hijab-hijab dan sampailah kehadirat Allah.
Para malaikat itu
berdiri dihadapan Allah. Semua menyaksikan bahwa amal ini adalah amal yang
shalih dan ikhlas karena Allah SWT.
Namun Allah
berfirman, ” Kalian adalah hafazhah, pencatat amal-amal hamba-Ku. Sedangkan
Akulah yang mengintip hatinya. Amal ini tidak karena-Ku. yang dimaksud oleh si
pemilik amal ini bukanlah Aku. Amal ini tidak diikhlaskan demi Aku. Aku lebih
mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya dengan amalan itu. Aku laknat
dia, karena menipu orang lain, dan juga menipu kalian (para malaikat hafazhah).
tapi Aku tak’kan tertipu olehnya. Aku ini yang paling tahu akan hal-hal yang
ghaib. Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar kepada-Ku setiap
apapun yang samar. tidak akan tersembunyi bagi-Ku setiap apapun yang
tersembunyi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi sama dengan
pengetahuan-Ku akan apa yang akan terjadi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah
lewat sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yagn akan datang. Pengetahuan-Ku
kepada orang-orang terdahu-Ku sebagaimana pengetahuan-Ku kepada orang-orang
yang kemudian. Aku lebih tahu atas apapun yang tersamar daripada rahasia.
Bagaimana bisa amal hamba-Ku menipu-Ku. Dia bisa menipu makhluk-makhluk yang tidak
tahu, sedangkan Aku ini Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib. Laknat-Ku tetap
kepadanya."
Tujuh malaikat
hafazhah yang ada pada saat itu dan 3000 malaikat lain yang mengiringinya
menimpali, “Wahai Tuhan kami, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami
kepadanya.” Maka, semua yang ada di langit pun mengatakan, “Tetapkanlah laknat
Allah dan laknat mereka yang melaknat kepadanya.”
TAHANLAH MULUTMU
Mu’adz pun kemudian
menangis terisak-isak dan berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana bisa aku selamat
dari apa yang baru engkau ceritakan itu.?”
Rasulullah SAW
menjawab, ” Wahai Mu’adz, ikutilah nabimu dalam hal keyakinan.!”
Mu’adz berkata
lagi, ‘Wahai Tuan, engkau adalah Rasulullah. sedangkan aku ini hanyalah si
Mu’adz bin Jabal, bagaimana aku dapat selamat dan terlepas dari bahaya
tersebut?”
Rasulullah SAW
bersabda, “seandainya dalam amalmu ada kelengahan, tahanlah mulutmu, jangan
sampai menjelek-jelekkan orang lain, dan juga saudara-saudaramu sesama ulama.
Apabila engkau hendak menjelek-jelekkan orang lain, ingatlah pada dirimu
sendiri. Sebagaimana engkau tahu dirimu pun penuh dengan aib. Jangan
membersihkan dirimu dengan menjelek-jelekkan orang lain. Jangan mengangkat
dirimu sendiri engan menekan orang lain. Jangan Riya dengan amalmu agar
diketahui orang lain. Janganlah termasuk golongan orang yang mementingkan dunia
dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal
disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur kepada
orang lain, nanti akan luput bagimu kebaikan dunia dan akhirat. Jangan berkata
kasar dalam suatu majelis dengan maksud supaya orang-orang takut akan keburukan
akhlaqmu itu. Jangan mengungkit-ungkit apabila berbuat kebaikan. Jangan
merobek-robek (pribadi) orang lain denga mulutmu, kelak kamu akan dirobek-robek
oleh anjing-anjing neraka jahannam, sebagaimana firman Allah, “Wannaasyithaati
nasythaa.” (Di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia, yang
mengoyak-ngoyak daging dari tulangnya.)
Aku (Mu’adz)
berkata : “Ya Rasulullah, siapa yang akan kuat menanggung penderitaan semacam
ini ?”
Jawab Rasulullah
SAW, Wahai Mu’adz, yang kuceritakan tadi itu akan mudah bagi mereka yang
dimudahkan oleh Allah SWT. Cukup untuk mendapatkan semua itu, engkau menyayangi
orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri, dan membenci sesuatu
terjadi kepada orang lain apa-apa yang engkau benci bila sesuatu itu terjadi
kepadamu. Apabila seperti itu, engkau akan selamat, terhindar dari penderitaan
itu.”
Khalid bin Ma’dan
(yang meriwayatkan hadits itu dari Mu’adz RA) mengatakan, “Mu’adz sering
membaca hadits ini sebagaimana seringnya ia membaca Al-Qur’an, mempelajari
hadits ini sebagaimana ia mempelajari Al-Qur’an dalam majelisnya.
Subhanallah.....
Ambil lah hikmah
dari kisah di atas.. Semoga ALLAH limpahkan kita dalam iman dan takwa
kepada-Nya kapan dan dimanapun kita berada. Aamiin.
Ya Allah, …. Sesungguhnya rahmat-MU lebih kami harapkan daripada seluruh
amal ibadah kami. Maka karuniakanlah rahmat-MU kepada kami sehingga kami
selamat dalam kehidupan di dunia dan akhirat…. Aamiin.
Unknown
Selasa, 09 September 2014
Print
PDF
Rulianto Sjahputra
Isi dari artikel adalah hasil penyuntingan dan penterjemahan dari artikel yang sudah ada di dunia maya dan di media, Kami hanya ingin mendedikasikan blog ini untuk penyebarluasan ilmu yang semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Sesungguhnya semua ilmu adalah milik Allah S.W.T., dan kita tinggal berharap akan keberkahan dari-Nya.
Follow: | Google+ | Facebook |
Blogger
Google+
Facebook
Twitter