Pertanyaan berikutnya yang muncul kemudian adalah, atas pertimbangan dan atas dasar apa Jokowi begitu tergesa-gesa dan seberani ini, sementara posisinya belum menjabat sebagai presiden dan karenanya belum memperlihatkan prestasi kinerja apapun sebagai seorang presiden?. Adakah pihak-pihak tertentu yang memberikan masukan, atau memberikan pengaruh, atau bahkan memberikan tekanan kepada Jokowi, hingga dia memiliki keberanian ini? Siapa yang memiliki kepentingan dengan pernyataan Jokowi ini? Siapa yang paling diuntungkan?, dan siapa pula yang nantinya akan sangat dirugikan?.
|
JOKOWI |
Salah satu isu pemberitaan nasional yang
berkembang pada masa transisi pemerintahan tahun 2014 di negara kita ini adalah
wacana dan polemik tentang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pada
pertemuan di Balai Raya A, Hotel Lagun Nusa Dua,
Bali, Rabu malam (27/8/2014) beberapa waktu yang lalu antara Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) yang
dilansir oleh berbagai media, dimana didalamnya dibahas tentang agenda
pembicaraan penting seputar APBN Perubahan 2014 dan RAPBN 2015. Masalah pos
anggaran subsidi BBM dalam APBN termasuk
menjadi salah satu pointer yang dibahas dalam pertemuan tersebut (Baca BBC
Indonesia:Pertemuan Jokowi-SBY dan Isu Kenaikan Harga BBM/)
Desakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi bermula
dari anjuran presiden terpilih Jokowi kepada Presiden SBY yang kemudian ditanggapi
dengan penolakan oleh Presiden SBY (Baca liputan6.com: KENAIKAN BBM: IstanaSebutkan Alasan SBY Tolak Permintaan Jokowi).
Dari anjuran atau desakan inilah polemik dan wacana kenaikan harga BBM
bersubsidi mulai ramai menjadi topik utama dalam pembahasan dan liputan oleh media
masa di Indonesia yang untuk kemudian dibahas dengan tanggapan pro dan kontra
dari berbagai elemen masyarakat.
Dilain pihak dukungan untuk segera menaikan
harga BBM bersubsidi bahkan himbauan untuk menghilangkan pos anggaran subsidi
BBM dalam RAPBN 2015 juga datang dari partai
pemenang Pemilu 2014 dan Pilpres 2014, yaitu Partai PDIP beserta partai
koalisinya Nasdem. PDIP dan Nasem mendesak pemerintah untuk sesegera mungkin menaikkan
harga BBM bersubsidi dengan alasan kondisi keuangan Negara (Baca metrotvnews.com: PDIP dan Nasdem Dukung Kenaikan Harga BBM Bersubsidi).
Keberanian
Jokowi Memberikan Anjuran Kepada Presiden Untuk Menaikan Harga BBM Bersubsidi
Menjadi menarik ketika keberanian presiden
terpilih Jokowi dalam memberikan anjuran (saran) kepada Presiden SBY agar sesegera
mungkin menaikan harga BBM bersubsidi pada saat Presiden SBY masih menjabat sebagai
Presiden RI, dan disaat pelantikan dirinya sebagai presiden tinggal menghitung
hari saja. Pertanyaannya adalah “atas alasan apa Jokowi terkesan begitu terburu-buru
dalam meminta kenaikan BBM bersubsidi dilakukan oleh Presiden SBY, dan bukan mengagendakannya
untuk dilaksanakan dalam masa kepemimpinannya?”. Tentu hal ini menjadi
pertanyaan yang menarik bagi kita semua.
Menjawab pertanyaan menarik di atas, mungkin
bila lebih dicermati secara psikologis, “keberanian” Jokowi untuk memberikan
saran ini kepada Presiden SBY yang masih aktif menjabat sebagai presiden, sepintas
menggambarkan suatu sikap ketergesaan atau kepanikan, atau ketakutan, atau
mungkin malah kebalikannya, yaitu suatu ‘kecerdikan’ atau ‘kepandaian’, atau
strategi yang dilakukan oleh Jokowi bilamana syukur-syukur sarannya diterima
dan dilaksanakan oleh Presiden SBY. Yang pasti keberanian Jokowi dalam
memberikan anjuran atau saran tersebut, pada akhirnya memperlihatkan sikap dan sifat
kekurang hati-hatiaan Jokowi dalam membuat pernyataan publik yang menyangkut
permasalahan Negara dengan tingkat sensitivitas yang tinggi dilihat dari
pengaruhnya terhadap tingkat stabilitas ekonomi bangsa dan Negara. Termasuk
didalamnya mempertaruhkan kepentingan masyarakat kecil yang akan merasakan
dampak langsung dari naiknya harga BBM bersubsidi.
Menaikkan harga BBM bersubsidi bagi presiden-presiden
RI sebelumnya merupakan hal yang sangat berat dan disikapi dengan sikap yang ekstra
sangat hati-hati. Hal ini dikarenakan kebijakan tersebut dianggap sebagai
kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat kecil, dan karenanya diangap sebagai
salah satu kebijakan yang tidak populis bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Tetapi sekali lagi, mengapa sebelum menjabat sebagai presiden
Jokowi telah berani mengeluarkan suatu pernyataan yang tidak populis dan tidak pro terhadap
rakyat kecil tersebut?.
Masukan anjuran menaikkan harga BBM
bersubsudi oleh banyak pihak dianggap sebagai suatu keteledoron dari Jokowi
yang selama ini dikenal sebagai pejabat publik yang peduli dengan kepentingan rakyat
kecil. Pertanyaan berikutnya yang muncul kemudian adalah, atas pertimbangan dan
atas dasar apa Jokowi begitu tergesa-gesa dan seberani ini, sementara posisinya
dia belum menjabat sebagai presiden hingga belum memperlihatkan prestasi
kinerja apapun sebagai seorang presiden?. Adakah pihak-pihak tertentu yang
memberikan masukan, atau memberikan pengaruh, atau bahkan memberikan tekanan
kepada Jokowi hingga dia memiliki keberanian ini? Siapa yang memiliki
kepentingan dengan pernyataan Jokowi ini? Siapa yang paling diuntungkan?, dan
siapa pula yang nantinya akan sangat dirugikan?.
Kenyataan terhadap
penolakan Presiden SBY untuk menaikan harga BBM bersubsidi di akhir masa
jabatannya menjadi blunder bagi Jokowi yang pada akhirnya berani menyatakan
akan tetap menaikan harga BBM bersubsidi pada masa kepemimpinannya nanti
sekalipun kebijakan ini dianggap sebagai kebijakan yang tidak populer oleh rakyat.
Bukankah seharusnya Jokowi tidak menjadikan issue subsidi BBM sebagai gebrakan
awal sebagai seorang presiden sementara begitu banyak permasalahan bangsa yang
seharusnya lebih menjadi prioritas untuk diperhatikan. Kasus korupsi yang
merajalela dari tingkat pusat sampai daerah. Kasus korupsi yang terstruktur di
lembaga milik pemerintah baik pusat maupun daerah. Beban utang luar negeri (LN)
yang terus membengkak dengan tingkat pembayaran beban bunga utang LN yang telah
jatuh tempo yang ternyata lebih sangat membebani pos APBN kita dibandingkan dengan
pos anggaran subsidi untuk kepentingan rakyat kecil. Atau bila mau tetap
memulai masa kepemimpinannya dengan isu permasalahan BBM bisa dengan lebih
memperhatikan lifting produksi minyak kita yang terus menurun drastis sejak tahun
2000 sampai dengan sekarang. Tapi inilah Jokowi, presiden kita terpilih yang
memiliki keberanian dan rasa percaya diri yang luar biasa dalam menangani
berbagai permasalahan rakyat, bangsa dan Negara. Semoga presiden kita terpilih
ini dapat menyelesaikan berbagai problematika bangsa sampai akhir masa
jabatannya…
Print
PDF
Rulianto Sjahputra
Isi dari artikel adalah hasil penyuntingan dan penterjemahan dari artikel yang sudah ada di dunia maya dan di media, Kami hanya ingin mendedikasikan blog ini untuk penyebarluasan ilmu yang semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Sesungguhnya semua ilmu adalah milik Allah S.W.T., dan kita tinggal berharap akan keberkahan dari-Nya.
Follow: | Google+ | Facebook |
Blogger
Google+
Facebook
Twitter