|
Kecap Legendaris Kota Tangerang (Kecap Istana) |
Bagi kebanyakan
orang Indonesia rasanya tidak lengkap kalau menikmati kuliner yang disantapnya
khususnya beberapa jenis kuliner tradisional tanpa menambahkan kecap. Coba saja
anda makan bubur, ketoprak, sate, semur, nasi goreng dan makanan serupa yang ada di Indonesia,
pasti tidak lengkap dan kurang sedap rasanya tanpa menambahkan kecap. Kecap
sudah dianggap sebagai bumbu tambahan wajib untuk berbagai makanan tradisional
kita. Jadi siapa yang tidak kenal bumbu kecap?. Tapi sudahkah anda juga tahu
sejarah keberadaan kecap itu sendiri dan dari mana asal usulnya?.
Tercatat beberapa merek
terkenal kecap Indonesia yang merajai pasaran nasional bahkan sudah merambah ke
mancanegara seperti kecap cap Bango dan kecap ABC. Dan semuara merek yang
beredar dipasaran semua mengklaim sebagai kecap nomor satu. Tidak ada merek
kecap yang mengklaim sebagai nomor 2 dan seterusnya, selalu nomor 1. Makanya di
Indonesia sendiri dikenal satu istilah politik dagang (promosi) kecap, selalu
nomor satu. Istilah kecap selalu dibawa-bawa dalam politik persaingan antar competitor
apapun jenis produknya. Politikus sekalipun ketiga mengumbar janji manis saat
berkampanye sering disebut lagi “ngecap” kata lain dari umbar janji manis
seperti rasa kecap.
Terlepas dari politik
dagang kecap, memang harus diakui kecap sudah begitu menyatu dengan lidah dan
perut bangsa Indonesia. Walaupun merek kecap terkenal sudah banyak ditemui
diberbagai toko dan supermarket tetapi untuk beberapa daerah di Indonesia,
kecap merek lokal masih merajai pasang pasar dari komunitas lokal masyarakat
daerah setempat dibandingkan dengan merek-merek lainnya. Hal ini dimungkinkan
karena banyak rasa kecap local yang sudah berproduksi sejak ratusan tahun yang
lalu memiliki citarasa yang sangat nikmat yang diolah secara tradisional dengan
tetap disiplin mempertahankan racikan resep tradisional tanpa menggunakan
bahan-bahan pengawet tambahan. Kualitas rasa benar-benar dipertahankan. Dengan
pertimbangan mempertahankan kualitas inilah maka produsen kecap local yang
diwariskan secara tutun temurun tidak dapat memproduksi secara missal dikarenakan
proses pembuatan kecap tradisional memerlukan waktu berbulan-bulan. Makanya
produk kecap local hanya dapat ditemui secara terbatas dipasaran.
Kecap Legendaris Kota Tangerang
Untuk masyarakat Kota
Tangerang ternyata sangat fanatik dengan
kecap lokal dengan merek SH. Coba saja lihat dan kunjungi tempat
jajanan di seantero Kota Tangerang dan sekitarnya, sangatlah mudah kita
menemukan penjual makanan seperti sate dan ketoprak yang menggunakan kecap
merek ini. Memang kecap ini rasanya nikmat di lidah, tapi sesungguhnya untuk
Kota Tangerang seelain kecap merek SH ada merek lain yang lebih tua berproduksi
yaitu kecap merek Istana.
Kecap Istana (Sejak
Tahun 1882)
Pabrik kecap Istana
(kecap cap Burung) di Pasar Lama Tangerang, memproduksi kecap khas Cina Benteng
lebih dari 100 tahun. Campuran rempah dan bahan membuat rasa kecap Benteng
berbeda.
|
Produksi Kecap Istana di Kota Tangerang |
Ini bukan kecap biasa karena kecap ini adalah produksi rumahan yang
sudah ada semenjak 1882, Kecap Benteng No 1! Orang menyebutnya Kecap Istana
atau Kecap cap Burung. Kenapa bawa-bawa benteng? Karena kecap ini asli produksi
warga keturunan Tionghoa yang akrab dikenal dengan nama Cina
Benteng.
Usaha rumahan yang dirintis oleh Teng
Hay Soey ini, sampai hari ini pengolahannya masih dilakukan dengan
cara tradisional di satu rumah yang sudah dimakan usia yang mereka sebut
pabrik.
Adalah Setyadi – Teng Tek Yan – yang berpembawaan ramah,
berkantor di sini: bagian belakang dari sebuah rumah tua dengan ubin terakota
30x30cm, dengan sebagian atap transparan. Inilah generasi keempat Teng Hay
Soey, dan kemudian diteruskan Teng Giok Seng, perintis “Pabriek”
Kecap Benteng pada 1882. Delapan puluh lusin saja sehari, dengan rasa khas “keluaran
cina benteng” : bumbu kayu manis dan bunga lawang, yang membuatnya begitu
sedap. Dari dulu, di sini, di Pasar Lama, Tangerang, diusahakan
secara rumahan, dengan isi sebotol 620ml. Pabrik pembuatan berseberangan dengan
tempat simpan stok dan kantor administrasi.
“Dulu kami menggunakan gula dari Purwokerto. Tapi
terlalu banyak campuran ubi. Belakangan kami pakai yang dari Sukabumi. Ada
campuran kelapanya.” Mengapa menggunakan dua label dengan dua lambang:
istana dan burung?. “Karena kami tidak punya hak
menggunakan merek burung, ya pakai merek Istana.” Label dengan merek
istana itu disertai klaim: kecap benteng tulen. Hanya dijual di pasar
tradisional. (http://www.wiratama.net/1/post/2010/05/wisata-tangerang-3-kecap-peranakan.html).
Kecap SH (Sejak Tahun 1920)
Kecap SH (Siong Hin)
Pasar Lama Tangerang, kecap peranakan Cina Benteng legendaris. Produknya kecap
manis dan kecap asin. Kecap asin diproduksi sangat terbatas.
Pada
kemasannya pun tertulis Kecap Benteng dengan inisial SH di bagian bawahnya.
Kecap SH, orang biasa menyebutnya demikian, adalah “adik” kecap tulen! Kecap SH
(= Siong Hin) adalah kecap dari pabrik kecap yang dirintis oleh Lo Tjit Siong
pada 1920.
Dari
segi rasa ada yang mengatakan kecap SH lebih gurih di lidah, di samping itu
jika hendak dibawa sebagai buah tangan akan lebih enteng karena memiliki
kemasan botolan plastik kecil serta kemasan isi ulang. Sedang kecap Istana
hanya diproduksi dalam botol beling ukuran 620ml. (http://obendon.com/2014/01/20/mengecap-kecap-tulen-1882/).
|
Kecap Legendaris Kota Tangerang (Kecap SH) |
Meskipun semua mengklaim nomor satu, setiap konsumen akan
memilih yang paling pas dengan seleranya. Kecap, konon dari kata
‘koechiap’, terkadang menunjukkan ‘kemenangan’ selera lokal. Setidaknya di
Tangerang. Terutama pada warga Cina Benteng, kecap bermerek SH adalah pilihan
utama.
Kendati serangan promosi begitu gencar, lewat tirai penutup
warung kaki lima bergambar produk kecap tertentu, daya hidup kecap ‘indie
label’ SH alias Siong Hin, tetap seperti dulu. Seakan dirawat oleh publiknya,
sebagai bagian dari, katakanlah, local wisdom.
Tak ada promosi menggebu. Orang datang untuk mendapatkan
‘kecap asli yang sedap’ itu. Seolah khawatir kehabisan stok dua jenis yang
memang dibikin terbatas: asin dan manis. Yang manis ada yang berlabel kuning
(kelas satu) dan merah (kelas dua).
Di meja kasir, akan kita temui Latief Sukaryadi, salah satu
dari generasi keempat itu. Dia duduk di sana sesuai jam buka. Menghitung dan
mencatat. Dari delapan pagi sampai empat sore, dengan kemeja yang dibuka kalau
udara panas. Sabtu, cuma sampai setengah duabelas siang. Tidak kurang atau
lebih.
Buat saya sendiri dari berbagai merek kecap
terkenal, saya rasakan kecap SH lah yang paling nikmat. Oke, selamat menikmati
makanan kesukaan anda dengan kecap favorit anda. Selanjutnya, sambil ngemil dodol khas Kota Tangerang, .... kita dengerin
hiburan badut politikus lagi “NGECAP” di televisi.... Capek dech..
Source/Sumber :
- Obendon.com
- Wikipedia
- Wiratama.net
- Arsip Pribadi
Kecap Legendaris Kota Tangerang Repost by
Rulianto Sjahputra
Print
PDF
Rulianto Sjahputra
Isi dari artikel adalah hasil penyuntingan dan penterjemahan dari artikel yang sudah ada di dunia maya dan di media, Kami hanya ingin mendedikasikan blog ini untuk penyebarluasan ilmu yang semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Sesungguhnya semua ilmu adalah milik Allah S.W.T., dan kita tinggal berharap akan keberkahan dari-Nya.
Follow: | Google+ | Facebook |
Blogger
Google+
Facebook
Twitter