|
Masjid Al-Adzom, Kota Tangerang |
Jejak Sejarah Tangerang – Literatur sejarah mencatat bahwa Jejak Sejarah Tangerang banyak diwarnai dan dipengaruhi dari akulturasi budaya dari beberapa etnis masyarakat yang dominan, antara lain meliputi budaya masyarakat Betawi, Tionghoa, Makasar, Lampung, dan budaya masyarakat Sunda. Dari sekian pengaruh budaya dominan tersebut, Titian Budaya Masyarakat Tionghoa termasuk paling menonjol dengan meninggalkan berbagai jejak sejarah yang masih dapat kita saksikan di wilayah Tangerang, khususnya Kota Tangerang. Untuk itu dalam kesempatan ini saya mencoba sedikit berbagi atau sharing mengenai Jejak Sejarah Tangerang dalam Titian Budaya Masyarakat Tionghoa sebagaimana yang dapat kita simak dalam artikel berikut ini.
SEJARAH TANGERANG
Jejak Sejarah Tangerang - Perkembangan Kota Tangerang tidak lepas dari peranan masyarakat Tionghoa yang telah menetap sejak lama. Masyarakat Tionghoa datang dan menetap di Tangerang melalui beberapa fase kedatangan. Antara lain :
1. Fase Tahun 1407
Berdasarkan Babad Sunda dalam kitab Tina Layang Parahyang disebutkan pada tahun 1407 telah terdampar rombongan kapal laut dari negeri Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Chen Ci Lung (Panglima Ha Lung). Pada saat itu kapal laut tersebut terdampar di desa Pangkalan (yang sekarang dikenal dengan Kecamatan Teluk Naga) yang pada saat itu dipimpin oleh Adipati Anggalarang. Konon nama Teluk Naga tersebut diambil dari kapal laut yang berbentuk Kepala Naga yang terdampar di sebuah teluk di desa Pangkalan tersebut.
Dikarenakan mereka terdampar serombongan menetap dan tinggal di desa tersebut dan melakukan pembauran dengan masyarakat dan melakukan kawin campur, sehingga memunculkan istilah Cina Bike (orang Tionghoa yang berasal dari keturunan bibi dan sinkhe). (Ref.lebih lanjut Baca Buku Tina Layang Parahyang).
2. Fase Tahun 1740
Jejak Sejarah Tangerang -Terjadinya kerusuhan pada tahun 1740 yang mengakibatkan jatuhnya ribuan korban di daerah Jakarta Barat yang pada saat itu disebut Batavia. Setelah pulih dari kerusuhan tersebut, Belanda pada saat itu meminta kepada masyarakat Tionghoa untuk membuka lahan dengan menganut sistem Tanam Paksa. Dimana masyarakat Tionghoa diminta untuk menanam tanaman yang hasilnya akan dikirim ke Eropa sebagai komoditas dagang Belanda. Hal tersebut menyebabkan dibangunnya komunitas-komunitas baru seperti Pondok Cabe, Pondok Jagung, Pondok Aren, dan lain sebagainya. (Ref. Baca Buku Huru Hara 1740, Tionghoa Dalam Pusaran Politik)
BENDA DAN BANGUNAN BERSEJARAH
Jejak Sejarah Tangerang - Sehubungan dengan perkembangan Tangerang yang tidak lepas dari komunitas Tionghoa maka banyak bangunan-bangunan yang merupakan peninggalan-peninggalan masyarakat Tionghoa pada jaman itu, antara lain :
1. Klenteng Boen Tek Bio
Berdiri sekitar tahun 1684 yang terletak di kawasan Pasar Lama, Tangerang. Di dalam klenteng tersebut terdapat banyak sekali benda kuno dan bersejarah, seperti :
ð Batu Tambur (sekitar abad ke-17)
ð Patung Singa / Ciok Say (sekitar abad ke-17)
ð Lonceng kuno (sekitar abad ke-18)
ð Prasasti Kayu (sekitar abad ke-18)
|
Klenteng/Vihara Boen Tek Bio Kota Tangerang |
2. Klenteng Boen San Bio
Berdiri sekitar tahun 1689 yang terletak di kawasan Pasar Baru, Tangerang. Di dalam klenteng tersebut terdapat benda kuno dan bersejarah, seperti :
ð Patung Singa / Ciok Say (sekitar abad ke-17)
ð Perahu Pecun (berusia sekitar 100 tahun )
3. Klenteng Boen Hay Bio
Berdiri sekitar tahun 1694 yang terletak di kawasan Pasar Lama, Serpong. Di dalam klenteng tersebut terdapat benda kuno dan bersejarah, seperti :
ð Patung Singa / Ciok Say (sekitar abad ke-17)
4. Rumah Kapitan Oey Dji San
Kapitan adalah jabatan Dewan Kong Koan yaitu sebuah perkumpulan yang dibentuk oleh Belanda untuk masyarakat Tionghoa sebagai pusat komunitas saat itu, yang pemimpinnya disebut sebagai Weijk Masteer (setingkat Lurah), Luitenant (setingkat Bupati), Kapitan (setingkat Walikota), Mayor (setingkat Gubernur).
|
Rumah Oey Djie San - The Gallery of Secondary House (Indische Style)
Source: KITLV |
|
The Gallery of Secondary House - February 2009 (Rumah Oey Djie San) |
Rumah Kapitan Oey Dji San terletak di daerah Karawaci dan memiliki keunikan tersendiri, diantaranya :
ð Mengandung 3 unsur arsitektur (Belanda, Cina, dan Lokal)
ð Memiliki keindahan dengan berbagai ukiran pada setiap sisi bangunannya
ð Atap rumahnya berbentuk ekor wallet.
ð Pernah menjadi tempat penampungan masyarakat Tionghoa yang telah menjadi korban kerusuhan pada tahun 1946 (Ref. Baca Buku Tionghoa Dalam Pusaran Politik).
ð Pernah menjadi pusat perkebunan karet terbesar di Tangerang.
Konon rumah ini berdiri sebelum Klenteng Boen Tek Bio.
5. Rumah Keluarga Tan Un Long
Rumah ini masih ada sampai sekarang dan terletak di daerah Gang Bansin, Karawaci Tangerang. Keunikannya adalah :
ð Atap ekor wallet
ð Memiliki papan arwah 8 generasi (konon katanya tidak ditemukan didaerah lain)
ð Memiliki Hio Lo (tempat hio / dupa) dari sekitar abad ke-17
6. Makam Kapitan Oey Giok Koen
Kapitan Oey Giok Koen adalah tokoh masyarakat Tionghoa pada saat itu. Yang merupakan pemimpin masyarakat Tionghoa, beliau meninggal sekitar tahun 1900-an. Adapun makamnya memiliki keindahan dan keunikan tersendiri yang nisan nya konon didatangkan langsung dari Negeri Tiongkok. Namun sekarang, makam tersebut sudah tidak ada lagi, dikarenakan tidak adanya perhatian dari pemerintah setempat. Makam tersebut sebelumnya terletak di daerah Pondok Arum, Tangerang.
7. Makam Kapitan Oey Kiat Tjin
Makam seorang Kapitan Tionghoa terakhir yang meninggal pada tahun 1937 yang kini makamnya masih dapat kita lihat di daerah Karawaci, Gang H. Rain.
|
Rumah Kebaya, Rumah Tradisional Petani Cina Benteng |
8. Rumah Kebaya
Rumah macam ini masih dapat kita temui di daerah-daerah tertentu, namun kondisinya cukup mengkhawatirkan dikarenakan banyaknya pengusaha-pengusaha property yang akan membangun perumahan.
Keunikan dari rumah kebaya:
ð Keseluruhan bangunan menggunakan unsur kayu dengan pintu di tengah diapit oleh dua buah jendela
ð Memiliki paseban untuk menerima tamu
ð Memiliki latar untuk menjemur padi
9. Perahu Pecun
|
Perahu Pecun dalam Festival Cisadane Kota Tangerang |
Perahu ini di Tangerang sangat mengandung sejarah yang sangat tinggi dan unsur budaya yang bernilai tinggi. Dimana perahu ini pernah meramaikan festival Pecun yang diadakan pada abad ke-19. Kini perahu tersebut telah dikeramatkan oleh masyarakat Tionghoa Tangerang dan berada di 3 wilayah, antara lain :
ð Di Klenteng Boen San Bio
ð Di Belakang Kantor Pajak Karawaci, Tangerang
ð Di Pemakaman Tanah Gocap, Tangerang
10. Kereta Jenazah
Masyarakat Tionghoa yang meninggal pada abad ke-19, umumnya dimakamkan di pemakaman umum dengan menggunakan kereta jenazah. Kereta ini berbentuk seperti delman dan didorong oleh tenaga manusia. Kereta tersebut masih dapat kita temui di Rumah Duka Boen Tek Bio, Tangerang.
Masukan dan Saran
Banyak masukan dari masyarakat Tangerang khususnya komunitas masyarakat Tionghoa yang berharap kepada pemerintah daerah dan pihak-pihak yang terkait untuk dapat lebih memperhatikan dan melindungi benda dan bangunan bersejarah tersebut dengan menetapkannya sebagai Benda Cagar Budaya sesuai dengan Undang Undang No. 5 Tahun 1992. Artikel : Jejak Sejarah Tangerang.
Referensi : IPTI Banten & Berbagai Sumber
Repost & Sharing by Ruli@nto Sjahputra
***###***
Print
PDF
Rulianto Sjahputra
Isi dari artikel adalah hasil penyuntingan dan penterjemahan dari artikel yang sudah ada di dunia maya dan di media, Kami hanya ingin mendedikasikan blog ini untuk penyebarluasan ilmu yang semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Sesungguhnya semua ilmu adalah milik Allah S.W.T., dan kita tinggal berharap akan keberkahan dari-Nya.
Follow: | Google+ | Facebook |
Blogger
Google+
Facebook
Twitter