Pages

Minggu, 06 April 2014

Kecap Legendaris Kota Tangerang


Kecap Legendaris Kota Tangerang
Kecap Legendaris Kota Tangerang (Kecap Istana)
Bagi kebanyakan orang Indonesia rasanya tidak lengkap kalau menikmati kuliner yang disantapnya khususnya beberapa jenis kuliner tradisional tanpa menambahkan kecap. Coba saja anda makan bubur, ketoprak, sate, semur, nasi goreng  dan makanan serupa yang ada di Indonesia, pasti tidak lengkap dan kurang sedap rasanya tanpa menambahkan kecap. Kecap sudah dianggap sebagai bumbu tambahan wajib untuk berbagai makanan tradisional kita. Jadi siapa yang tidak kenal bumbu kecap?. Tapi sudahkah anda juga tahu sejarah keberadaan kecap itu sendiri dan dari mana asal usulnya?.
Tercatat beberapa merek terkenal kecap Indonesia yang merajai pasaran nasional bahkan sudah merambah ke mancanegara seperti kecap cap Bango dan kecap ABC. Dan semuara merek yang beredar dipasaran semua mengklaim sebagai kecap nomor satu. Tidak ada merek kecap yang mengklaim sebagai nomor 2 dan seterusnya, selalu nomor 1. Makanya di Indonesia sendiri dikenal satu istilah politik dagang (promosi) kecap, selalu nomor satu. Istilah kecap selalu dibawa-bawa dalam politik persaingan antar competitor apapun jenis produknya. Politikus sekalipun ketiga mengumbar janji manis saat berkampanye sering disebut lagi “ngecap” kata lain dari umbar janji manis seperti rasa kecap.
Terlepas dari politik dagang kecap, memang harus diakui kecap sudah begitu menyatu dengan lidah dan perut bangsa Indonesia. Walaupun merek kecap terkenal sudah banyak ditemui diberbagai toko dan supermarket tetapi untuk beberapa daerah di Indonesia, kecap merek lokal masih merajai pasang pasar dari komunitas lokal masyarakat daerah setempat dibandingkan dengan merek-merek lainnya. Hal ini dimungkinkan karena banyak rasa kecap local yang sudah berproduksi sejak ratusan tahun yang lalu memiliki citarasa yang sangat nikmat yang diolah secara tradisional dengan tetap disiplin mempertahankan racikan resep tradisional tanpa menggunakan bahan-bahan pengawet tambahan. Kualitas rasa benar-benar dipertahankan. Dengan pertimbangan mempertahankan kualitas inilah maka produsen kecap local yang diwariskan secara tutun temurun tidak dapat memproduksi secara missal dikarenakan proses pembuatan kecap tradisional memerlukan waktu berbulan-bulan. Makanya produk kecap local hanya dapat ditemui secara terbatas dipasaran.
Kecap Legendaris Kota Tangerang
Untuk masyarakat Kota Tangerang  ternyata sangat fanatik dengan kecap lokal dengan merek SH. Coba saja lihat dan kunjungi tempat jajanan di seantero Kota Tangerang dan sekitarnya, sangatlah mudah kita menemukan penjual makanan seperti sate dan ketoprak yang menggunakan kecap merek ini. Memang kecap ini rasanya nikmat di lidah, tapi sesungguhnya untuk Kota Tangerang seelain kecap merek SH ada merek lain yang lebih tua berproduksi yaitu kecap merek Istana.
Kecap Istana (Sejak Tahun 1882)
Pabrik kecap Istana (kecap cap Burung) di Pasar Lama Tangerang, memproduksi kecap khas Cina Benteng lebih dari 100 tahun. Campuran rempah dan bahan membuat rasa kecap Benteng berbeda.
Kecap Legendaris Kota Tangerang
Produksi Kecap Istana di Kota Tangerang
Ini bukan kecap biasa karena kecap ini adalah produksi rumahan yang sudah ada semenjak 1882, Kecap Benteng No 1! Orang menyebutnya Kecap Istana atau Kecap cap Burung. Kenapa bawa-bawa benteng? Karena kecap ini asli produksi warga keturunan Tionghoa yang akrab dikenal dengan nama Cina Benteng.
Usaha rumahan yang dirintis oleh Teng Hay Soey ini, sampai hari ini  pengolahannya  masih dilakukan dengan cara tradisional di satu rumah yang sudah dimakan usia yang mereka sebut pabrik.
Adalah Setyadi – Teng Tek Yan – yang berpembawaan ramah, berkantor di sini: bagian belakang dari sebuah rumah tua dengan ubin terakota 30x30cm, dengan sebagian atap transparan. Inilah generasi keempat Teng Hay Soey, dan kemudian diteruskan Teng Giok Seng, perintis “Pabriek” Kecap Benteng pada 1882. Delapan puluh lusin saja sehari, dengan rasa khas “keluaran cina benteng” : bumbu kayu manis dan bunga lawang, yang membuatnya begitu sedap. Dari dulu, di sini, di Pasar Lama, Tangerang, diusahakan secara rumahan, dengan isi sebotol 620ml. Pabrik pembuatan berseberangan dengan tempat simpan stok dan kantor administrasi.
 “Dulu kami menggunakan gula dari Purwokerto. Tapi terlalu banyak campuran ubi. Belakangan kami pakai yang dari Sukabumi. Ada campuran kelapanya.” Mengapa menggunakan dua label dengan dua lambang: istana dan burung?.  “Karena kami tidak punya hak menggunakan merek burung, ya pakai merek Istana.” Label dengan merek istana itu disertai klaim: kecap benteng tulen. Hanya dijual di pasar tradisional. (http://www.wiratama.net/1/post/2010/05/wisata-tangerang-3-kecap-peranakan.html). 
Kecap SH (Sejak Tahun 1920)
Kecap SH (Siong Hin) Pasar Lama Tangerang, kecap peranakan Cina Benteng legendaris. Produknya kecap manis dan kecap asin. Kecap asin diproduksi sangat terbatas.
Pada kemasannya pun tertulis Kecap Benteng dengan inisial SH di bagian bawahnya. Kecap SH, orang biasa menyebutnya demikian, adalah “adik” kecap tulen! Kecap SH (= Siong Hin) adalah kecap dari pabrik kecap yang dirintis oleh Lo Tjit Siong pada 1920.
Dari segi rasa ada yang mengatakan kecap SH lebih gurih di lidah, di samping itu jika hendak dibawa sebagai buah tangan akan lebih enteng karena memiliki kemasan botolan plastik kecil serta kemasan isi ulang. Sedang kecap Istana hanya diproduksi dalam botol beling ukuran 620ml. (http://obendon.com/2014/01/20/mengecap-kecap-tulen-1882/).
Kecap Legendaris Kota Tangerang
Kecap Legendaris Kota Tangerang (Kecap SH)
Meskipun semua mengklaim nomor satu, setiap konsumen akan memilih yang paling pas dengan seleranya. Kecap, konon dari kata ‘koechiap’, terkadang menunjukkan ‘kemenangan’ selera lokal. Setidaknya di Tangerang. Terutama pada warga Cina Benteng, kecap bermerek SH adalah pilihan utama.
Kendati serangan promosi begitu gencar, lewat tirai penutup warung kaki lima bergambar produk kecap tertentu, daya hidup kecap ‘indie label’ SH alias Siong Hin, tetap seperti dulu. Seakan dirawat oleh publiknya, sebagai bagian dari, katakanlah, local wisdom.
Didirikan oleh Lo Tjit Siong pada 1920, pabrik dan distribusinya masih di situ: jalan Saham, Tangerang lama, di sebuah bangunan tua yang dicat abu-abu, mengingatkan pada warna stasiun kereta. “Kecap dari jaman saya kecil,” banyak orang mengenang demikian untuk usaha yang beralih nama menjadi Firma Sehat ini. (http://www.wiratama.net/1/post/2010/06/wisata-tangerang-4-kecap-cina-benteng.html).
Tak ada promosi menggebu. Orang datang untuk mendapatkan ‘kecap asli yang sedap’ itu. Seolah khawatir kehabisan stok dua jenis yang memang dibikin terbatas: asin dan manis. Yang manis ada yang berlabel kuning (kelas satu) dan merah (kelas dua).
Di meja kasir, akan kita temui Latief Sukaryadi, salah satu dari generasi keempat itu. Dia duduk di sana sesuai jam buka. Menghitung dan mencatat. Dari delapan pagi sampai empat sore, dengan kemeja yang dibuka kalau udara panas. Sabtu, cuma sampai setengah duabelas siang. Tidak kurang atau lebih.
Buat saya sendiri dari berbagai merek kecap terkenal, saya rasakan kecap SH lah yang paling nikmat. Oke, selamat menikmati makanan kesukaan anda dengan kecap favorit anda. Selanjutnya, sambil ngemil dodol khas Kota Tangerang, .... kita dengerin hiburan badut politikus lagi “NGECAP” di televisi.... Capek dech..
Source/Sumber :
  • Obendon.com
  • Wikipedia
  • Wiratama.net
  • Arsip Pribadi 
Kecap Legendaris Kota Tangerang Repost by Rulianto Sjahputra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar